MAKALAH
“SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH”
(Makalah ini disusun sebagai Pengganti
Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam)
Dosen Pembimbing :
Dr. M.
Anang Sholikhudin
S.Pdi., M.Pdi
Disusun
Oleh :
Kelompok
02
1.
Fitri
Nur Islamiyah (201686010028)
2.
Dwita
Maya Indah Nurhayati (201686010017)
3.
Khoirun
Nisa’ (201686010001)
4.
Nuliati
Nurul (201686010004)
5.
Nur
Ilma Asmaul Husna (201686010020)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah melimpahkan
rahmat taufik serta hidayah-Nya sehingga terwujud Makalah yang bertemakan “Sejarah Peradaban
Islam Pada Masa Rosulullah”. Kami juga berterima kasih kepada Bapak Dr. M. Anang Sholikhudin S.Pdi., M.Pdi selaku Dosen pembimbing kami.
Kami berharap makalah ini dapat
berguna dalam menambah wawasan serta pengetahuan yang lebih mendalam. Kpiami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak
kekurangannya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal segi lainnya. Oleh
karena itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Untuk itu harapan besar jika
adanya kritik, saran dan juga usulan yang membangun demi sempurnanya makalah
yang telah di buat di masa yang akan datang karena tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa adanya kritik dan juga saran yang membangun.
Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas perkuliahan Sejarah Peradaban Islam. Semoga Allah Yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang selalu memberikan petunjuk kepada kita dalam pembuatan
generasi yang berakhlakul karimah, cinta bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Amiin.
Sengonagung, 09 April 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar...................................................................................................................... 1
Daftar Isi................................................................................................................................ 1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang........................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
C.
Tujuan Penulisan........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Kehidupan Bangsa Arab Pra-Islam........................................................................... 2
B.
Masa Nabi Muhammaddi Mekkah............................................................................ 5
C.
Masa Nabi Muhammaddi Madinah........................................................................... 12
D.
Kegigihan Dan Konsep Nabi Muhammad Dalam
Berjihad...................................... 16
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................................................ 23
B.
Saran ......................................................................................................................... 23
C.
Kritikan ..................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Dalam berdakwah nabi muhammad tidak hanya menggunakan aspek
kenabiannya dengan menggunakan tablik namun juga menggunakan strategi politik
dengan memunculkan aspek-aspek keteladanannya dalam menyelesaikan persoalan.
Seperti, dakwah di mekkah yang terbagi menjadi dua yaitu dakwa secara diam-diam
dan dakwa secara terbuka. Disini dapat kita lihat adanya strategi nabi dalam
menyeruh umat manusia untuk beribadah kepada allah swt. Walaupun dalam
menjalankan perintah allah, nabi mendapat banyak tantangan yang besar dari
berbagai pihak namun atas izin allah segalah hal yang dilakukan nabi dapat
berjalan lancar.
Semakin
bertambah jumlah pengikut nabi semakin besar pula tantangan yang harus di
hadapi nabi, mulai dari cara diplomatic di sertai bujuk rayu hingga tindakan
kekerasan di lancarkan orang-orang quraisy untuk menghentikan dakwa nabi. Namun
nabi tetap pada pendirian untuk menyiarkan agama islam.
Sistem
pemerintahan dan strategi politik nabi dapat kita lihat jelas setelah
terbentuknya negara madinah. Di sini islam semakin kuat dan berkembang karena
bersatunya visi misi masyarakat islam. Peradabannya salah satunya yaitu piagam
madinah. Melalui piagam madinah nabi muhammad memperkenalkan konsep negara
ideal yang di warnai dengan wawasan, transparansi, partisipasi, adanya konsep
kebebasan dan tanggung jawab sosial politik secara bersama.
B. Rumusan
masalah
a.
Bagaimana kehidupan bangsa arab
pra-islam ?
b.
Bagaimana kehidupan nabi muhammad di
makkah dan madinah ?
c.
Apa
saja kegigihan dan konsep nabi muhammad dalam berjihad ?
C. Tujuan
penulisan
a.
Untuk mengetahui kehidupan bangsa arab
pada masa sebelum islam
b.
Untuk mengetahui bagaimana kehidupan
nabi di makkah dan madinah
c.
Untuk mengetahui kegigihan dan konsep
nabi dalam berjihad
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Kehidupan Bangsa Arab Pra-Islam
Sebelum
nabi muhammad diutus umat manusia hidup dalam keadaan gelap gulita, penuh
dengan segala macam kerusakan moral dan kebodohan. Keadaannya hampir
menjerumuskan mereka ke dalam kehancuran total. Sebagai contoh, di negeri arab
orang-orang menyembah berhala dan patung yang mereka ciptakan sendiri. Oleh
karena itulah allah swt mengutus nabi muhammad saw untuk memperbaiki keadan
tersebut.[1]
Sebelum islam datang di tanah arab, sebenarnya
masyarakat arab bukan tidak berkeyakinan, mereka sudah memiliki keyakinan
tertentu yang dikenal dengan panganisme ( sebuah istilah yang pertama kali
muncul di antara komunitas kristen di eropa bagian selatan selama abad kuno
akhir sebagai suatu descriptor atas agama-agama selain agama sendiri,atau agama
abrahamik terkait yaitu yudaisme dan islam) mereka tidak mengingkari adanya
tuhan, tetapi umumnya mereka menggunakan perantara yaitu patung-patung atau
berhala untuk menyembah tuhan mereka.[2]
Ka’bah pada masa sebelum islam sudah menjadi tempat
yang di sucikan dan banyak dikunjungi oleh penganut-penganut agama asli mekkah
dan orang-orang yahudi yang bermukim di sekitarnya. Untuk mengamankan para
peziarah yang datang ke kota itu, didirikanlah suatu pemerintahan yang pada
mulanya berada di tangan dua suku yang berkuasa yaitu jurhum (sebagai pemegan
kekuasaan politik) dan ismail (keturunan nabi ibrahim). Kekuasaan politik
kemudia berpindah ke suku khuza’ah dan akhirnya ke suku quraisy di bawah
pimpinan qushai. Suku terakhir inilah yang kemudia mengatur urusan-urusan
politik dan urusan-urusan yang berhubungan dengan ka’bah.[3]
Kehidupan
masyarakat arab pada masa pra islam dikenal dengan sebutan zaman jahiliyah.
Zaman jahiliyah adalah zaman kebodohan atau kegelapan terhadap kebenaran.
Tatanan sosial dan akhlak tidak berjalan semestinya, yang kuat senantiasa
menindas yang lemah, kaum wanita menjadi sasaran tindak kejahatan dan masih
banyak lagi pelanggaran-pelanggaran yang terjadi pada masa itu. Kehidupan
mereka belum teratur seperti sekarang.
Orang-orang arab hidupnya suka berpindah-pindah
tempat atau sering disebut nomaden, mereka suka mengembara kemana-mana, itu
bisa dipahami karena kondisi bangsa arab tandus dan kurang subur. Karena
kondisi alam seperti inilah terkadang
menjadikan mereka memiliki watak watak yang keras. Mereka suka berperang. Kaum
laki-laki menjadi dominan dalam posisi ini, sehingga ketika mereka memillii
anak laki-laki mereka bangga, tetapi sebaliknya ketika mendapat anak perempuan
mereka merasa aib dan malu, karena tidak
bisa diajak berperang maka banyak yang mereka bunuh.[4]
Mereka
tidak mengenal perikemanusiaan dan hidup tanpa dasar keimanam. Kaum wanita
dipandang makhluk yang lemah dan hidup tertindas di bawah kekuasaan kaum pria.
Bahkan bila bayi lahir wanita maka akan dikubur hidup-hidup.
Dalam
kondisi masyarakat semacam itulah nabi muhammad diturunkan. Ayah nabi muhammad bernama abdullah bin ibn abdul
muthalib. Dan ibunya bernama aminah binti wahab. Beliau dilahirkan di mekah
pada tanggal 20 agustus tahun 570 m. Tahun ini disebut juga tahun gajah karena
pada tahun tersebut terjadi penyerangan terhadap ka’bah yang dilakukan raja
abrahah dari yaman.[5]
a. Arab Selatan dan Arab Utara.
Orang-orang arab utara kebanyakan merupakan orang-orang nomad yang
tinggal dirumah-rumah bulu di Hijaz dan Nejed. Orang–orang arab selatan
kebanyakan adalah orang-orang perkotaan,yang tinggal di Yaman, Hadramut dan di
sepanjang pesisirnya. Orang-orang arab utara berbicara dengan bahasa
Al-quran,bahasa arab paling unggul, sementara orang-orang selatan menggunakan
bahasa Semit kuno, Sabaea atau Himyar, yang dekat dengan bahasa Etiopia di
Afrika. Keduanya termasuk kedalam ras Mediterania dolichocephalic
(berkepala panjang).
Orang-orang Arab selatan adalah orang yang pertama mencapai
kemajuan dan mengembangkan peradapan mereka senndiri. Orang-orang Arab Utara
tidak pernah mengemuka dalam percaturan Internasional hingga dalangnya islam.
Ingatan dan kesadaran tentang peradapan kebangsaan dikalangan orang
arab tercermin dalan geneologi tradisionalnya. Mereka pertama-tama membagi diri
mereka ke dalam dua kelompok. Kelompok yang sudah punah (ba’idah) .
kemudian, para ahli geneologi membagi kembali orang-orang arab yang masih ada
kedalamm dua keturunan etnis.
Peradapan antara dua keturunan Arab ini tidak pernah dijembatani.
Jurang pemisah yang berusia ratusan ini semakin melebar, bahkan selatan islam
berhasil menyatukan bangsa Arab.[6]
b.
Kontak dengan
bangsa Ibrani.
Orang-orang yahudi, dari sisi geografis, merupakan tetangga dekat
orang-orang arab dan dari sisi ras merupakan saudara terdekat mereka. Gambaran
bahwa orang ibrani berasal dari gurun banyak di ungkap dalam perjanjian lama.
Bahasa ibrani dan arab, seperti yang telah kita ketahui bersama,berasal dari
rumpun bahas yang sama, rumpun semit.
Wilayah kekuasaan kerajaan ibrani pada masa kejayaannya mencakup
Semenanjung Sinai. Sulaiman memiliki armada laut di Teluk ‘Aqobah. Ofir, sumber
emas, permat dan batu-batu berharga yang di angkut oleh armada laut Hiram dan
Sulaiman, kemungkinan merupakan nama lain Zhafar di Oman.
Hubungan antara bangsa Arab dengan Ibrani Yahudi ini tidak hanya
tergambar dalam catatan-catatan terdahuu, namun juga terungkap dalam Alkitab,
khususnya Perjanjian lama. [7]
c.
Orang-orang
Arab Selatan sebagai Pedagang.
Orang-orang Saba adalah bangsa Arab pertama yang melangkah menuju
pintu peradapan. Mereka menempati posisi penting sebagaimana terungkap dalam
tulisan-tulisan kuno yang muncul belakangan. Rujukan tertua tentang mereka
dalam literatur Yunani terdapat dalam Theophratus. Ujung barat daya semenanjung
merupakan tempat tinggal pertama orang-rang Saba. Disana , berbagai produk langkah
dan bernilai tinggi, seperti mutiara dari Teluk Persia, bumbu masak, kain dan
pedang dari India, sutera dari Cina, budak, monyet, gading, emas, bulu burung
unta dari Etiopia, singgah dan dijual ke pasar Barat.
Barang dagang yang di impor kesana meliputi kain berwarna ungu,
yang kasar dan yang halus, pakaian model arab, dengan lengan polos, dibordir,
atau dirajut dengan emas, bubuk kunyit, daun pandan kain muslin, rompi tebal,
selimut, selempang dalam beragam warna, balsam beraromamdalam jumlah yang cukup
banyak, minuman anggur dan gandum, dalam jumlah yang tidak banyak.
Perdagangan merupakan indeks keberhasilan utama yang dicapai oleh
orang-orang Arab Selatan. Kerajaan-kerajaan yang mereka bangun bukanlah
kerajaan militer. Gambaran umum sejarah mereka bisa dilihat dari berbagai
rujukan, seperti yang telah di sebutkan diatas, dalam tulisan-tulisan Semit
kuno dan Yunani Romawi, dari berbagai tradisi semilegenda yang terdapat dalam
literature Islam terdahulu. Semua literature asli Arab Selatan ini berbentuk epigraf
tulisan diatas logam atau batu.[8]
B.
Masa Nabi Muhammad di Makkah
Mekkah
adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal di antara kota-kota di
negeri arab, baik karena tradisinya maupun karena letaknya. Kota ini di lalui
oleh jalur perdagangan yang ramai menghubungkan yaman di selatan dan syria di
utara. Dengan adanya ka’bah di tengah kota, mekkah menjadi pusat keagamaan
arab. Ka’bah adalah tempat mereka berziarah di dalamnya terdapat 360 berhala
mengelilingi berhala utama hubal. Agama
dan masyarakat arab ketika itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat
jazirah arab dengan luas satu juta mil persegi. Sebagian besar daerah jazirah
adalah padang pasir sahara yang terletak di tengah dan memiliki keadaan dan
sifat berbeda-beda.[9]
Kehidupan
islam pada masa rasululllah saw di mekah pada saat itu sangat berbeda sekali
dengan masa perkembangan islam saat ini. Adanya pertentangan dari kaum kafir
quraisy yang sangat dominan menguasai sebagian besar wilayah di jazirah arab
saat itu. Kaum kafir quraisy beranggapan bahwa ajaran mereka adalah ajaran yang
paling benar dianut. Sehingga ajaran yang dibawa oleh rasululah saw harus di
berantas juga dari jazirah arab karena dianggap merusak budaya masyarakat arab
saat itu, khususnya di mekkah dan medinah yang menjadi pusat peradaban islam.
a. Substansi Mekkah dakwah Nabi
Muhammad Saw. Periode Mekkah terkandung dalam 89 surat Makkiyah dan
hadits-hadits peride Mekkah. Antara lain berisi tentang Ajaran Islam periode
Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya adalah sebagai
berikut :
1. Keesaan Allah SWT
Islam mengajarkan bahwa pencipta dan pemelihara alam semesta
adalah Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Allah SWT tempat bergantung segala apa
saja dan makhluk-Nya, tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada
tuhan selain Allah SWT yang menyamai.
Umat manusia harus beribadah ata umenghambakan diri hanya
kepada Allah SWT. Beribadah atau menyembah kepada selain Allah SWT, termasuk ke
dalam perilaku syirik, yang hukumnya haram, dan merupakan dosa yang paling
besar.
2. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
Islam mengajarkan bahwa mati yang dialami oleh setiap
manusia, bukanlah akhir kehidupan, tetapi merupakan awal dan kehidupan yang
panjang, yakni kehidupan di alam kubur dan di alama khirat. Manusia yang ketika
di dunia nyata taat beribadah, giat beramal saleh, dan senantiasa berbudi
pekerti yang terpuji, tentu akan memperoleh balasan yang menyenangkan. Di alam
kubur akan memperoleh berbagai kenikmatan dan di alam akhira takan ditempatkan
di surga yang penuh dengan hal-hal yang memuaskan. Tetapi manusia yang ketika
di dunianya durhaka kepada Allah SWT dan banyak berbuat jahat, tentu setelah
matinya akan mendapat siksa kubur dan dicampakkan kedalam neraka yang penuh
dengan berbagai macam siksaan.
3.
Kesucian
jiwa
Islam
menyerukan umat manusia agar senantiasa berusaha menyucikan jiwanya dan
melarang keras mengotorinya. Seseorang dianggap suci jiwanya apabila selama
hayat di kandung badan senantiasa beriman dan bertakwa atau meninggalkan segala
perbuatan dosa, dan dianggap mengotori jiwanya apabila durhaka pada Allah SWT
dan banyak berbuat dosa.
Sungguh beruntung orang yang
senantiasa memelihara kesucian jiwanya, dan alangkah ruginva orang yang
mengotori jiwanya. Sebagaimana firman Allah :
وَقَدۡ خَابَ مَن
دَسَّٮٰهَا قَدۡ أَفۡلَحَ مَن
زَكَّٮٰهَا
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu
,dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (QS. Asy-Syams : 9-10)
4.
Penyerahan
segala urusan kepada Allah
5.
Anjuran
shalat
Mula-mula
Nabi sembahyang bersama sahabat-sahabatnya dirumah Al Arqam dengan
sembunyi-sembunyi. Kemudian setelah Umar bin Khatab masuk Islam, ia
bersambahyang dengan terang-terangan di muka umum. Bahakan ada ia bersambahyang
bersama sahabat-sahabatnya yang lain disisi Ka’bah di tonton oleh kaum Quraisy.
Analisis
dalam hal ini yang bisa kita kaitkan dengan kondisi umat Islam sekarang bahwa
apa-apa yang di dakwahkan oleh Nabi pada zaman dahulu, salah satunya adalah
perintah shalat masih berlaku hingga masa sekarang. Umat islam pun sudah bebas
tidak takut dan terjajah lagi. Umat islam zaman sekarang sudah maju dan bebas
melakukan segala bentuk ibadahnya. Akan tetapi menurut penulis pada zaman
sekarang bukanlah umat non muslim yang menjadi musuh, melainkan umat Islam
sekarang sudah banyak terjajah oleh kepentingan dunia dan tidak memandang
penting urusan ibadah. Banyak umat islam yang sibuk dengan urusan dunia
sehingga kepentingan yang paling urgen yaitu shalat ditinggalkan. Inilah
masalah kita umat Islam zaman sekarang, hendaknya kita bisa menyeimbangkan
kepentingan akhirat dengan kepentingan dunia. Agar dakwah Nabi kita dan para
sahabatnya pada zaman dahulu tetap terjaga oleh kita sebagai generasi penerus
Umat Islam.[10]
b. Dakwah Yang Dilakukan Rasulullah Saw
ialah :
1. Dakwah secara diam-diam
Dengan turunnya perintah untuk berdakwah rasulullah mulailah
berdakwah. Pertama-tama, beliau melakukannya secara diam- diam di lingkungan
sendiri dan di kalangan rekan-rekannya. Karena itulah, orang pertama kali yang
menerima dakwanya adalah keluarga dan sahabat. Seorang demi
seorang diajak agar mau meninggalkan agama berhala dan hanya mau menyembah
allah yang maha esa. Usaha yang dilakukan itu berhasil. Orang-orang yang
mula-mula beriman adalah:
a. Istri beliau
sendiri, khadijah
b. Kalangan
pemuda, ali ibn abi thalib dan zaid ibn harits.
c. Dari kalangan
budak, bilal.
Setelah
abu bakar masuk islam, banyak orang-orang yang mengikuti untuk masuk agama
islam. Orang-orang ini tekenal dengan julukan al-sabiqun al-awwalun, orang yang terdahulu masuk islam,
seperti: utsman ibn affan, zubair ibn awwam, talhah ibn ubaidillah, fatimah
binti khathab, arqam ibn abd. Al-arqam, dan lain-lain. Mereka itu mendapat
agama islam langsung dari rasulullah sendiri.[12]
2. Dakwah secara terang-terangan
Setelah nabi
muhammad saw melakukan dakwah yang bersifat rahasia, terhimpunlah pengikut nabi
sebanyak 30 orang. Dakwah di kala itu di laksanakan secara diam-daim. Setelah
fase itu, allah swt memerintahkan kepada nabi untuk berdakwah secara
terang-terangan, yaitu dengan turunnya ayat
فَٱصۡدَعۡ بِمَا تُؤۡمَرُ وَأَعۡرِضۡ عَنِ
ٱلۡمُشۡرِكِينَ
“maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”.
(Q.S Al Hijr 15 : 94)
Ayat inilah yang memerintahkan pada
rasulullah untuk berdakwah secara terus Terang dan terbuka. Rencana yang di
lakukan, pertama di tunjukan kepada kerabat sendiri, kemudian seluruh lapisan
masyarakat. Kegiatan dakwah secara terangan ini menambah jumlah pengikut yang
masuk islam. Hal ini tidak di senangi oleh orang-orang quraisy apalagi secara
tegas rasullulah mencela ibadah mereka, dan mencerca berhala yang di puja,
serta mengkritisi tradisi mereka yang sudah membudaya.[13]
Kemudian dakwah terang-terangan itu,
pemimpin quraisy mulai berusaha menghalangi dakwa rasul. Semakin bertambahnya
jumlah pengingkut nabi semakin keras tantangan yang di lancarkan kaum quraisy.
Menurut ahmad syalabi, ada lima faktor yang mendorong orang-orang quraisy menentang
seruan islam ialah:
a. Mereka tidak dapat membedakan antara
kenabian dengan kekuasaan.
b. Nabi muhammmad menyeruh kepada hak
bangsawan dengan hambah sahaya.
c. Para quraisy tidak dapat menerima
ajara tentang kebangkita kembali dan pembalasan di akhirat
d. Taklid kepada nenek moyang adalah
kebiasaan yang berurat berakar pada bangsa arab
e. Pemahat dan penjual patung memandang
islam sebagai penghalang rezeki.
f. Banyak cara yang ditempuh para
pemimpin quraisy untuk mencegah dakwa nabi muhammad dari cara diplomatik di sertai
bujuk rayu hingga tindakan kekerasan di lancarkan untuk menghentikan dakwa
nabi. Namun nabi muhammad tetap pada pendirian untuk menyiarkan agama islam.[14]
c. Perkembangan Pendidikan di Makkah
1. Materi
Pendidikan Islam
Materi
pendidik pada fase Makkah dibagi kepaada dua bagian yaitu:
Pertama, materi pendidikan tauhid , materi ini lebih di
fokuskan untuk memurnikan ajaran agama tauhid yang dibawa nabi Ibrahim, yang
telah diselewengkan oleh masyarakat jahiliah. Secara teori inti sari ajaran
tauhid terdapat dalam kandungan surat al- Fatihah Ayat 1-7 dan surat al-Ikhlas
Ayat 1-5 secara praktis pendidikan tauhid diberikan melalui cara cara yang
bijaksana, menuntun akan pikiran dengan mengajak umatnya membaca,memperhatikan
dan memikirkan kekuasaan dan kebesaranAllahdan diri manusia sendiri. Kemudian
beliau mengajarkan cara bagaimana mengaplikasikan pengertian tauhid tersebut
dalam kehidupan sehari hari Rasulullah lansung yang menjadi contoh bagi
umatnya. Hasilnya , kebiasaan masyarakat Arab yang memulai perbuatan atas nama
berhala, diganti dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim. Kebiasaan menyembah
berhala, diganti dengan mengagungkan dan menyembah Allah SWT
Kedua, materi pengajaran Al-quran. Materi ini dapat dirinci
kepada:
a. Materi baca tulis Al-qur’an, untuk
sekarang ini disebut dengan materi imla’ dan iqra’. Dengan materi ini
dirahrapkan agar kebiasaan orang arab yang sering membaca syair syair indah,
diganti dengan membaca Al-qur’an sebagai bacaan yang lebih tinggi nilai
sastranya.
b. Materi menghafal ayat ayat Al-qur’an
, yang kemudian hari disebut dengan menghafalkan ayat ayat Al-qur’an.
c. Materi pemahaman Al-qur’an, saat ini
disebut dengan materi fahmi Al-qur’an atau tafsir Al-Qur’an dengan tujuan
materi ini adalah meluruskan pola pikir umat islam yang di pengaruhi pola pikir
jahiliah. Di sinilah letaknya fungsi hadis sebagai bacaan Al-qur’an.[15]
2. Metode
Pendidikan Islam
Metode
pendidikan yang dilakukan Rasulullah dalam mendidik sahabatnya antara lain:
a. Metode ceramah, dengan menyampaikan
wahyu yang baru diterimanya dan memberikan penjelasan penjelasan serta
keterangannya.
b. Dialog, misalnya dialog antara
Rasulullah dengan Mu’az Ibn Jabal ketika Mu’az akan diutus sebagai kadi ke
negeri Yaman, dialog antara Rasulullah dengan sahabat untuk mengatur strategi
perang
c. Diskusi atau tanya jawab, sering
sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang suatu hukum kemudian Rasul
menjawabnya
d. Metode perumpamaan, Misalnya orang
mukmin itu laksana tubuh, bila sakit salah satu anggota tubuh maka tubuh
lainnya akan merasakannya.
e. Metode kisah, misalnya kisah nabi
Muhammad dalam perjalanan Isra’ Mi’raj dan kisah pertemuan nabi Musa dengan
nabi Khidir.
f. Metode Pembiasaan, membiasakan umat
muslim shalat berjamaah.
g. Metode hafalan, misalnya para
sahabat dianjurkan menjaga Al-Qur’an dengan cara menghafalnya.[16]
d. Lembaga Pendidikan Islam
Ada
dua lembaga pendidikan Islam fase Makkah yaitu :
a. Rumah Arqam Ibn Arqam, temapt ini
merupakan tempat pertama berkumpulnya kaum muslimin beserta Rasulullah untuk
belajar hukum hukum dan dasar dasar ajaran Islam. Rumah ini merupakan lembaaga
pendidikan pertama di dalam dunia Islam dan Rasulullah sendiri sebagai
pengajarnya.
b. Kuttab, pendidikan di kuttab tidak
sama dengan di rumah Arqam materi yang diajarkan di Kuttab adalah materi baca
tulis sastra,syair arab, dan pembelajaran berhitung namun seelah datang Islam
materinya ditambah dengan materi baca tulis Al-quran dan memahami hukum hukum
Islam.
Adapun
kurikulum pendidikan Islam yang digunaknan adalah Al-quran yang Allah wahyukan
sesuai kondisi dan situasi, kejadian dan peristiwa yang dialami umat Islam saat
itu.
Melihat situasi pendidikan zaman sekarang jika
dibandingkan dengan zaman Rasulullah dahulu, kemajuan pendidikan Islam zaman
sekarang sudah jauh tertinggal oleh bangsa barat. Walaupun belum dengan sarana
dan prasarana yang lengkap seperti sekarang namun Nabi dan sahabatnya tetap
semangat tampa takut mati dalam menyebarkan Islam. Memang inilah tugas kita
bersama pada zaman sekarang, dengan sarana dan prasaran yang sudah lengkap
hendaknya kita harus lebih semangat dan harus lebih maju dari panji-panji Islam
dalam menegakan agama Allah, tidak hanya pada satu bidang saja akn tetapi kita
harus bisa maju dan berkembang mencakup seluruh bidang yang ada.[17]
Di samping itu, ada beberapa hal yang menjadi modal
kesuksesan utama dalam berdakwah sehingga mudah diterima oleh segala lapisan
masyarakat yang mendambakan kebenaran dan ketentraman, di antaranya adalah :
a. Meletakkan
dasar keimanan yang kokoh
b. Menciptakan
keteladanan yang baik seperti yang dilukiskan Al Qur’an
c. Menetapkan
persamaan derajat manusia dengan mengangkat harkat dan martabat mereka di atas
azaz toleransi
d. Menjadikan
ukhuwah islamiyah sebagai tiang kebudayaan
e. Pembinaan
sistem akhlakul karimah dan pendidikan dalam menjalani kehidupan
f. Menegakkan
secara bersama-sama syari’at Islam menuju muslim kaffah.[18]
C.
Masa Nabi Muhammad Di Madinah
Peristiwa hijrah rasulullah saw dari mekkah ke
madinah merupakan kehendak dan perintah allah swt dengan tujuan agar penyebaran
agama islam yang dilakukan oleh rasulullah saw menjadi lebih pesat lagi. Selama
13 tahun rasulullah berdakwah ajaran islam di mekkah, nabi muhammad telah
banyak mengalami pertentangan dan permusuhan. Namun madinah merupakan kota yang
penduduknya lebih mudah menerima ajaran rasulullah dari pada penduduk mekkah.
Masyarakat madinah menyambut kedatangan nabi muhammmad dengan suka cita,
orang-orang madinah berbondong-bondong memeluk islam.oleh karena itu islam
lebih cepat berkembang di madinah.[19]
Setalah
tiba dan diterima penduduk yastrib ( madinah ), nabi resmi menjadi
pemimpin penduduk kota itu. Babak baru dalam sejarah islam pun dimulai. Berbeda
dengan periode mekkah, pada periode madinah, islam merupakan kekuatan politik.
Ajaran islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di
madinah. Nabi muhammad mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama,
tetapi juga sebagai kepala negara. Dengan kata lain, dalam diri nabi terkumpul
dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan duniawi. Kedudukannya sebagai rasul
secara otomatis merupakan sebagai kepala negara. Dalam rangka memperkokoh
masyarakat dan negara baru itu, nabi segera meletakkan dasar-dasar kehidupan
bermasyarakat. Kemudian nabi membentuk sebuah system diantaranya adalah :
1. Pembentukan
sistem sosial kemasyarakatan
Peradaban atau kebudayaan pada masa rasulullah saw. Yang
paling dahsyat adalah perubahan social. Suatu perubahan mendasar dari masa
kebobrokan moral menuju moralitas yang beradab. Dalam tulisan ahmad al-husairy,
diuraikan bahwa peradaban pada masa nabi dilandasi dengan asas-asas yang
diciptakan sendiri oleh muhammad di bawah bimbingan wahyu. Diantaranya sebagai
berikut :
a. Pembangunan masjid nabawi
Dikisahkan bahwa unta tunggangan rasulullah berhenti disuatu
tempat maka rasulullah memerintahkan agar di tempat itu dibangun sebuah masjid.
Rasulullah ikut serta dalam pembangunan masjid tersebut. Beliau mengangkat dan
memindahkan batu-batu masjid itu dengan tangannya sendiri. Saat itu, kiblat
dihadapkan ke baitul maqdis. Tiang masjid terbuat dari batang kurma, sedangkan
atapnya dibuat dari pelepah daun kurma. Adapun kamar-kamar istri beliau dibuat
di samping masjid. Tatkala pembangunan selesai, rasulullah memasuki pernikahan
dengan aisyah pada bulan syawal. Sejak saat itulah, yastrib dikenal dengan
madinatur rasul atau madinah al-munawwarah. Kaum muslimin melakukan berbagai
aktivitasnya di dalam masjid ini, baik beribadah, belajar, memutuskan perkara
mereka, berjual beli maupun perayaan-perayaan. Tempat ini menjadi factor yang
mempersatukan mereka.
b. Persaudaraan
antara kaum muhajirin dan anshar
Dalam negara islam yang baru dibangun itu, nabi meletakan
dasar-dasarnya untuk menata kehidupan sosial dan politik. Dikukuhkannya ikatan
persaudaraan (ukhwah islamiyah) antara golongan anshar dan muhajirin, dan
mempersatukan suku aus dan khazraj yang telah lama bermusuhan dan bersaing.
Ikatan persaudaraan anshar dan muhajirin melebihi ikatan
persaudaraan karena pertalian darah, sebab ikatannya berdasar iman. Terbukti
apa yang dimiliki anshar disediakan penuh untuk saudaranya muhajirin.
Rasulullah mempersaudarakan di antara kaum muslimin. Mereka kemudian membagikan
rumah yang mereka miliki, bahkan juga istri-istri dan harta mereka.
Persaudaraan ini terjadi lebih kuat daripada hanya persaudaraan yang
berdasarkan keturunan. Dengan persaudaraan ini, rasulullah telah menciptakan
sebuah kesatuan yang berdasarkan agama sebagai pengganti dari persatuan yang
berdasarkan kabilah.
c. Kesepakatan
untuk saling membantu antara kaum muslimin dan non muslimin
Di madinah, ada
tiga golongan manusia, yaitu kaum muslimin, orang-orang arab, serta kaum non
muslim, dan orang-orang yahudi (bani nadhir, bani quraizhah, dan bani
qainuqa’). Rasulullah melakukan satu kesepakatan dengan mereka untuk
terjaminnya sebuah keamanan dan kedamaian. Juga untuk melahirkan sebuah suasana
saling membantu dan toleransi diantara golongan tersebut.
d. Peletakan
asas-asas politik, ekonomi, dan sosial
Islam adalah agama dan sudah sepantasnya jika di dalam
negara diletakkan dasar-dasar islam maka turunlah ayat-ayat al-quran pada
periode ini untuk membangun legalitas dari sisi-sisi tersebut sebagaimana
dijelaskan oleh rasulullah dengan perkataan dan tindakannya. Hidupla kota
madinah dalam sebuah kehidupan yang mulia dan penuh dengan nilai-nilai utama.
Terjadi sebuah persaudaraan yang jujur dan kokoh, ada solidaritas yang erat
diantara anggota masyarakatnya. Dengan demikian berarti bahwa inilah masyarakat
islam pertama yang dibangun rasulullah dengan asas-asasnya yang abadi.
Secara sistematik proses peradaban yang dilakukan oleh nabi
pada masyarakat islam di yatsrib menjadi madinah (madinah ar-rasul, madinah an-nabi, atau madinah al-munawwarah).
Perubahan nama yang bukan terjadi secara kebetulan, tetapi perubahan nama yang
menggambarkan cita-cita nabi muhammad saw, yaitu membentuk sebuah masyarakat
yang tertib dan maju dan berperadaban.
Kedua, membangun masjid. Masjid bukan hanya dijadikan pusat kegiatan ritual
shalat saja, tetapi juga menjadi sarana penting untuk mempersatukan kaum
muslimin dengan musyawarah dalam merundingkan masalah-masalah yang dihadapi.
Disamping itu, masjid juga menjadi pusat kegiatan pemerintahan.[20]
2. Bidang
politik
Kemudian nabi muhammad saw merumuskan piagam yang berlaku
bagi seluruh pendudukan yatsrib atau madinah, baik orang muslim maupun non
muslim (yahudi). Piagam inilah yang oleh ibnu hasyim disebut sebagai
undang-undang dasar negara islam (daulah islamiyah) antara lain :
a. Setiap kelompok mempunyai pribadi
keagamaan dan politik. Adalah hak kelompok, menghukum orang yang membuat
kerusakan dan memberi keamanan kepada orang patuh.
b. Kebebasan beragama terjamin buat
semua warga negara.
c. Kewajiban penduduk madinah, baik
kaum muslimin maupun bangsa yahudi, untuk saling membantu, baik secara moril
atau materil. Semuanya dengan bahu membahu harus menangkis setiap serangan
terhadap kota madinah.[21]
Rasulullah
adalah kepala negara bagi penduduk madinah. Kepada beliaulah segala perkara
dibawa dan segala perselisihan yang besar diselesaikan. Munawir syadzali (Mantan Menteri Agama RI) menyebutkan bahwa
dasar-dasar kenegaraan yang terdapat dalam piagam madinah adalah: pertama, umat
islam merupakan satu komunitas (ummat)
meskipun berasal dari suku yang beragama dan kedua hubungan antara sesama
anggota komunitas islam, dan antara anggota komunitas islam dengan
komunitas-komunitas lain didasarkan atas prinsip-prinsip:
a. Bertetangga
baik
b. Saling
membantu dalam menghadapi musuh bersama
c. Membela
mereka yang dianiaya
d. Saling
menasehati,
e. Menghormati
kebebasan beragama.[22]
Dengan terbentuknya negara madinah, islam makin bertambah kuat. Selain tiga
dasar di atas, langkah awal yang ditempuh rasullullah setelah resmi
mengendalikan madinah adalah membangun kesatuan internal dengan
mempersaudarakan orang muhajirin dan anshar. Langkah ini dilakukan sejak awal
untuk menghindari terulangnya konflik lama diantara mereka.
Dengan cara ini, akan menutup munculnya ancaman yang akan merusak persatuan
dan kesatuan dalam tubuh umat islam. Langkah politik ini sangat tepat untuk
meredam efek keratakan sosial yang ditimbulkan oleh berbagai manuver
orang-orang yahudi dan orang-orang munafik (hipokrif)
yang berupaya menyulut api permusuhan antara aus dan khazraj, antara muhajirin
dan ansar.
Nabi muhammad berdakwah di madinah kurang lebih sepuluh
tahun. Beliau meletakkan dasar dasar kebudayyan islam di tengah negeri yang
memiliki berbagai kebudayaan dan agama. Setelah terciptanya ketenangan, pada
tanggal 25 dzul qo’dah nabi bersama 100. 000 sahabat melaksanakan haji di
makkah. 3 bulan setelah haji, nabi muhammad mengalami sakit demam selama
beberapa hari dan menunjuk abu bakar untuk menjadi imam shalat berjamaah
menggantikan beliau. Sehingga senin, 12 rabiul awal nabi menghembuskan nafas
terakhir dengan usia 63 tahun, sehingga haji yang dilaksanakan disebut dengan
haji wada’ (haji perpisahan).[23]
D. Kegigihan dan Konsep Nabi Muhammad
dalam Berjihad
Jihad
berasal dari akar kata jahada, berarti bersungguh-sungguh. Dari akar kata ini membentuk
tiga kata kunci, yakni jihad (perjuangan dengan fisik), ijtihad (perjuangan
dengan nalar), dan mujahadah (perjuangan dengan kekuatan rohani).[24]
Jihad merupakan bagian yang tak
terpisahkan dengan kekuatan ijtihad dan mujahadah. Melihat arti dari ketiga
kata diatas , bahwa jihad adalah perjuangan yang di tujukan oleh diri sendiri
untuk mendekatkan hubungan diri dengan allah swt, melawan hawa nafsu, melawan
setan untuk tidak mentaatinya, melawan orang-orang kafir dengan menggunakan
argumentasi tentang keyakinan dan keimanan menggunakan fisik, nalar dan
kekuatan rohani. Jihad bertujuan untuk mempertahankan kehidupan manusia yang
bermartabat, bukannya menyengsarakan, apalagi menyebabkan kematian orang-orang
yang tak berdosa.
Jihad
merupakan amal kebaikan yang disyariatkan allah. Jihad menjadi sebab kokoh dan
mulianya umat islam. Sebaliknya, jika kaum muslimin meninggalkan jihad di jalan
allah, maka mereka akan mendapatkan kehinaan.[25]
Akan
tetapi , amal kebaikan ini harus memenuhi syarat ikhlas dan sesuai dengan
syariat islam. Jihad erat kaitannya dengan pertumpahan darah, jiwa, dan harta.
Sehingga menuntut setiap muslim untuk ikut berperan aktif dalam jalan yang
diridhai oleh allah ini. Jihad menuntut pelakunya untuk komitmen dengan
ketentuan dan batasan syariat, sesuai dengan hukum al-qur`an dan sunnah
rasulullah, tanpa meninggalkan satu ketentuan pun, agar selamat dari sikap yang
melampaui batas dan jihadnya menjadi jihad syar’i di atas jalan yang lurus, dan
mendapatkan pahala yang besar di akhirat nanti.
a. Bentuk-bentuk jihad menurut islam :
1. Jihad fisik
Jihad secara fisik terbagi menjadi
dua :
a. Jihad thalab atau jihad hujum (jihad
menyerang). Yaitu kaum muslimin yang memulai menyerang orang-orang kafir
setelah memberikan kepada mereka tawaran masuk islam atau membayar jizyah
(upeti).
Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam
bersabda :
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ
حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ
اللَّهِ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ
عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ الْإِسْلَامِ
وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ
“saya
diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa “tiada yang
berhak diibadahi selain allah dan sungguh muhammad adalah rasul allah”,
menegakkan sholat dan mengeluarkan zakat. Apabila mereka telah melakukan hal
tersebut maka terjagalah darah dan harta mereka kecuali dengan islam dan hisab
mereka disisi allah.” (HR.
Ibnu Umar RA)
Pada waktu rasulullah berada di
madinah, beliau mengirim pasukan dan bala tentara untuk menyeru manusia ke
dalam islam, dimana pengobaran peperangan dibangun di atas hal tersebut .
Dan jihad hujum ini hanya disyari’atkan bila terpenuhi tiga syarat
1. Dipimipin oleh seorang kepala
negara.
2. Mempunyai kekuatan yang cukup.
3. Kaum muslimin mempunyai
wilayah/negara kekuasaan.[26]
b. Jihad
mudafa’ah atau jihad daf’iy (jihad membela atau melindungi diri).
Dalam al-qur’an dijelaskan bahwa :
وَإِنِ
ٱسۡتَنصَرُوكُمۡ فِى ٱلدِّينِ فَعَلَيۡڪُمُ ٱلنَّصۡرُ إِلَّا عَلَىٰ قَوۡمِۭ
بَيۡنَكُمۡ وَبَيۡنَہُم مِّيثَـٰقٌ۬ۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٌ۬
“(tetapi) jika mereka meminta
pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan
pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu
dengan mereka. Dan allah maha melihat apa yang kamu kerjakan."
(Q.S. Al-Anfal 18:72)
Jadi,
apabila musuh hendak menyerang kaum muslimin, maka menghadapi mereka adalah
wajib atas orang-orang yang diserang langsung, dan juga wajib atas orang yang
belum diserang untuk membantu saudara mereka.
4. Jihad perundingan
Rasulullah
lebih banyak menyelesaikan persoalan dan tantangan dengan pendekatan
nonmiliteristis yaitu perundingan . Rasulullah selalu mengedepankan cara-cara
damai dan manusiawi. Bentrok fisik selalu menjadi alternatif terakhir. Itu pun
dilakukan sebatas untuk pembelaan diri.
Maka
dari itu jihad secara perundingan itu harus terlebih dahulu dilakukan untuk
menyelesaikan sengketa yang terjadi diantara kedua belah pihak. Dahulukan
cara-cara damai salah satunya ialah perundingan untuk menemukan kata mufakat
untuk menurunkan resiko kerusakan diberbagai bidang jika jihad secara perang
terjadi.
5. Jihad finansial (harta)
Allah berfirman dalam al-qur’an :
وَجَـٰهِدُواْ بِأَمۡوَٲلِڪُمۡ وَأَنفُسِكُمۡ
فِى سَبِيلِ ٱللَّهِۚ
“dan
berjihadlah kamu dengan harta dan jiwamu di jalan allah.”
(Q.S. At-Taubah : 41)
Diwajibkan untuk berjihad dengan harta itu
umat islam secara keseluruhan. Dan jihad dengan harta ini hukumnya fardlu 'ain, maka hendaknya kita
melaksanakan kewajiban yang dibebankan kepada kita dan hendaknya kita
mengeluarkan harta sebanyak yang kita yakini
sampai dapat disebut telah melaksanakan kewajiban yang allah bebankan
kepada kita. Rasulullah juga bersabda:
السَّاعِي فِي الصَّدَقَةِ بِالْحَقِّ
كَالْمُجَاهِدِ فيِ سَبِيْلِ اللهِ.
“orang yang berusaha mengumpulkan
zakat dengan cara yang haq itu laksana mujahid fi sabilillah.”
Jika kita
tak memiliki harta yang cukup, maka lebih baik berzakat atau sedekah . Dan
bersedekahlah sesuai dengan kelapangan hati kita, bukan hanya untuk sekali saja
akan tetapi hendaknya kita sisihkan secara rutin dari penghasilan kita untuk
jihad selama jihad itu masih ada dan mujahidin membutuhkan harta kita.
Jika
sedekahpun tak mampu kita lakukan, maka mengumpulkan dana jihad dari
orang-orang kaya, baik dari kaum wanita, anak-anak, orang-orang khusus dan
orang-orang awam. Dan bagi orang yang tidak dapat mengumpulkan dana, kita dapat
memberikan motifasi kepada orang lain untuk berjihad dengan hartanya, dan
menghimbau kaum muslimin agar tidak pelit jika mereka dimintai dana.
6. Jihad spiritual (jiwa)
Allah berfirman :
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا
وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ
أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
“sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada
allah dan rasul-nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang
(berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan allah. Mereka itulah
orang-orang yang benar.” (Q.S. Al-Hujurot : 15)
Jihad dengan jiwa, yang terdiri akal dan hati (iman),
manusia diwajibkan berjihad untuk mencapai rahmat dan berkah-nya didunia dan
akhirat dengan menggunakan jiwa sesuai petunjuk-nya. Dengan meyakinkan dalam
pikiran kita bahwasanya hanya islam agama yang benar dan hanya allah yang wajib
disembah dan ditaati perintah-nya.
b. Jihad yang dilakukan pada masa nabi
1. Jihad
secara dakwah (damai)
(٩)ثُمَّ إِنِّي
دَعَوْتُهُمْ جِهَارًا (٨) ثُمَّ إِنِّي أَعْلَنْتُ لَهُمْ وَأَسْرَرْتُ لَهُمْ
إِسْرَارًا
“kemudian sesungguhnya
aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan. Kemudian
sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan & dengan
diam-diam.” (Q.S. Nuh : 8-9 )
Rasulullah saw menyebarkan islam bermula
kepada isterinya, khadijah, dan kemudian jiran dan sahabatnya, abu bakar.
Jihadnya atau dakwah dilakukan secara penuh hikmah, pertimbang rasa , halus
budi pekerti dan sembunyi-sembunyi karena menyadari bahwa masyarakat makkah
masih berpegang kuat pada amalan nenek moyang mereka yaitu menyembah berhala
yang banyak terdapat di sekeliling ka’bah. Lalu rasulullah ingin menjadikan
jihad atau dakwahnya secara terang-terangan dengan sering berdoa agar salah
seorang daripada dua tokoh yang memusuhinya agar memeluk agama islam, yaitu abu
jahal dan umar bin al-khattab yang memeluk agama islam dan kemudian membentuk
barisan ‘pertahanan’ yang disegani penduduk makkah.
وَالَّذِينَ
آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا
وَنَصَرُوا أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ
كَرِيمٌ
“dan orang-orang yang beriman dan
berhijrah serta berjihad pada jalan allah, dan orang-orang yang memberi tempat
kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah
orang-orang yang benar-benar beriman.mereka memperoleh ampunan dan rezki yang
mulia.” (Q.S Al-Anfal : 74)
Pada tahun
ke-13 kenabiannya, atas nasihat para sahabat dan mendapat petunjuk dari allah, maka rasulullah memutuskan
berhijrah ke madinah. Karena sudah ada penduduk madinah yang memeluk agama
islam dan mereka meminta nabi saw bermukim di kota mereka yaitu kaum anshar.dalam
10 tahun di madinah, berlaku perkembangan islam yang amat pesat.oleh itu,
hijrah merupakan satu lambang perubahan paradigma dalam seluruh perjuangan
rasulullah.
Selama
dalam kepemimpinan nabi muhammad, konsentrasi utama lebih pada usaha penyebaran
islam di madinah dan mempertahankan madinah dari penyerbuan orang quraisy
makkah.[27]
Pada saat nabi muhammad tinggal di madinah ,
beliau memfokuskan dakwahnya pada
penyebaran islam diberbagai daerah agar seluruh bumi menjadi islam dan dalam pertahanan agar madinah aman dari penyerangan kaum quraisy
yang selalu menginginkan agar umat islam menderita , lalu keluar dari agamanya.
Berbagai penyerangan dilakukan diantaranya seperti perang badar, uhud, mu’tah,
khandaq, khaibar, perjanjian hudaibiyah, fathu makkah, haji wada’, dan perang
tabuk.
1. Jihad
secara perang
أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ
بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا وَإِنَّ اللَّهَ عَلَى نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ
“telah
diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi (kaum muslimin), karena
sesungguhnya mereka telah dianiayai. Dan sesungguhnya allah benar-benar
berkuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung
halaman mereka tanpa alasan yang benar… ”
Dalam konteks ini Rasulullah berperang dalam rangka bela
diri, yaitu umat islam tidak memprovokasi perang tetapi bertahan menghadapi
musuh. Perang yang dilakukan jika pada keadaaan darurat dimana umat islam dianiaya dalam segi fisik, moral
dan daerahnya dijajah maka dari itu umat islam melakukan pembelaan secara
langsung.
Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi setiap muslim, agar
belajar mengenai konsep islam tentang jihad secara benar, dan bertanya kepada
para ulama pewaris nabi tentang hal-hal yang belum di ketahui. Karena
pengertian jihad lebih umum dan lebih luas lagi maknanya. Dan tujuan
disyariatkannya jihad adalah untuk menegakkan agama islam di muka bumi ini, dan
bukan untuk dendam pribadi, atau golongan, sehingga sangat dibutuhkan
pengetahuan tentang konsep islam dalam jihad, baik secara hukum, cara berjihad
sebagai konsekuensi dari pelaksanaan jihad.
c. Nabi Muhammad dalam Berijtihad
Salah satu kegiatan yang paling digemari
Muhammad hingga menginjak usia 40 tahun adalah mengasingkan diri. Dengan hanya
berbekal roti dan air, beliau pergi ke gua Hira, tempatnya berada di Jabal Nur.
Di tempat inilah wahyu pertama kali terjadi, yakni pada hari senin malam
tanggal 21 Ramadhan, bertepatan dengan 10 Agustus 610 M. Pada saat itu usia
beliau masih genap 40 tahun lebih 6 bulan 12 hari menurut perhitungan kalender
Hijriyah, atau 39 tahun lebih 3 bulan 20 hari menurut perhitungan kalender
Masehi.
Pada saat
Muhammad lahir hingga ketika diangkat menjadi Rasul, beliau SAW tinggal di tengah-tengah
kaum Quraisy Makkah yang memiliki daerah merdeka mirip-mirip sebuah republik
(sekarang ini). Mereka sangat jauh dari pertentangan politik. Dan
struktur republik yang sudah ada di Makkah (saat itu) benar-benar menghindari
mereka dari suatu kekacauan. Sehingga, pada awal Nabi Muhammad SAW diutus di
tengah-tengah mereka, tujuan utama dakwah Rasulullah bukan untuk menguasai
tampuk kepemimpinan Negara, namun dasarnya adalah mengajak mereka kepada
kebenaran, kebaikan, dan keindahan; suatu ajakan yang berdiri sendiri di bawah
naungan agama Islam.
Namun meski begitu, Makkah juga merupakan
pusat kegiatan keagamaan bangsa Arab. Di sana para penduduk Makkah melakukan
berbagai peribadatan di sekeliling Ka’bah dengan penyembahan terhadap
berhala dan patung-patung yang disucikan seluruh bangsa Arab kala itu. Dengan
kondisi seperti ini, tidak mudah bagi Nabi Muhammad SAW menyampaikan pesan
wahyu ke seluruh umat kala itu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebelum Nabi Muhammad diutus umat
manusia hidup dalam keadaan gelap gulita, penuh dengan segala macam kerusakan
moral dan kebodohan. Keadaannya hampir menjerumuskan mereka ke dalam kehancuran
total. Sebagai contoh, di negeri arab orang-orang menyembah berhala dan patung
yang mereka ciptakan sendiri. Oleh karena itulah allah swt mengutus nabi
muhammad saw untuk memperbaiki keadan tersebut.
Kehidupan
islam pada masa Rasululllah SAW di mekah pada saat itu sangat berbeda sekali
dengan masa perkembangan islam saat ini. Kaum kafir quraisy beranggapan bahwa
ajaran mereka adalah ajaran yang paling benar dianut. Sehingga ajaran yang
dibawa oleh rasululah saw harus di berantas juga dari jazirah arab karena
dianggap merusak budaya masyarakat arab saat itu, khususnya di mekkah dan
medinah yang menjadi pusat peradaban islam.
B. Saran
Kami menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini masih belum sempurna dan untuk menjadi sempurna
kami membutuhkan masukan dari pembaca
atau pihak lain. Untuk itu kami mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan
berbagai masukan dan kritik yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan
makalah ini.
C. Kritikan
Dari hasil
diskusi yang kemarin, Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna.
Diantara kritikan hasil diskusi kemarin adalah dalam masalah tatasosial dalam
masa Arab Pra Islam masih kurang sempurna, dan membutuhkan sebuah penjelasan
yang lebih sempurna. Dalam masalah Kegigihan dan Konsep Nabi dalam Berjihad
hendaknya menjelaskan bagaimana sosok nabi menjadi pemimpin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrozzaq, Syaikh. 2001. Al-Quthuuful Jiyaad Min Hikami Wal Ahkaamil Jihaada. Jakarta :
Media Pustaka
Amin, M. Rusli. 2010. Hijrah Rahasia Sukses Rasulullah
Saw. Jakarta : Al- Mawardi Prima.
Amman. 2002. Mujmal
Masa`Il Al-Îman Al-‘Ilmiyah Fii Ushul Al-‘Aqîdah As-Salafiyah. Bandung :
Cv. Pustaka
Choirul Ahmad, Rofiq. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Ponorogo : Stain
Po Press
Fuadi, Imam. 2011. Sejarah Peradapan Islam.
Yogyakarta: Teras.
Haekal,
Muhammad Husain. 1990. Sejarah
Hidup Muhammad . Jakarta: Litera Antarnusa
K. Hitti, Philip.
2013. History Of The Arabs. Serambi : The Earliest Times To The Present.
Marzuki. 2001. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta :
Gramedia Pustaka.
Munir Amin,
Syamsul. 2009. Islam Di
Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta:
Amzah
Munir Amin, Samsul. 2010 Sejarah Peradaban Islam Jakarta: Amzah.
Nasaruddin. 2000. Jihad Gamal Al Banna. Jakarta :
Mata Air Publishing.
Subarman,Munir. 2008. Sejarah Peradaban Islam Klasik. Cirebon :
Pangger Publishing.
Supriyadi,
Dedi. 2008. Sejarah Peradaban
Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Syafe’i, Rachmat. 2001. Ilmu Ushul Fiqh.
Bandung : CV Pustaka Setia.
Thohir, Ajid. 2000. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam. Jakarta : Amzah.
Yatim, Badri. 2000. Sejarah Peradapan Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Yunus, Mahmud. 1990.
Sejarah Pendidikan Islam . Jakarta
: Hidakarya Agung,.
[1] Philip K. Hitti, History of the arabs (Serambi : the Earliest
Times to the Present, 2013), hlm. 14.
[2]Badri Yatim, Sejarah Peradapan
Islam ( Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2000 ), hlm. 16.
[3] Ibid, hlm. 14.
[4] Imam Fuadi, Sejarah Peradapan
Islam ( Yogyakarta: Teras, 2011 ),
hlm. 2.
[5] Muhammad Husain Haekal, Sejarah
Hidup Muhammad ( Jakarta: litera
Antarnusa, 1990 ), hlm. 49.
[6] Philip K. Hitti, History of the arabs (Serambi : the Earliest
Times to the Present, 2013), hlm. 37
[7] Philip K. Hitti, History of the arabs (Serambi : the Earliest
Times to the Present, 2013), hlm. 49
[8] Philip K. Hitti, History of the arabs (Serambi : the Earliest
Times to the Present, 2013), hlm. 61.
[9] Badri Yatim, Loc. cit hlm 9
[10] Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam ,(Jakarta :
Hidakarya Agung,1990) ,hlm. 1
[11] Badri Yatim, Loc. Cit. hlm. 18.
[12] Samsul Munir Amin, Loc. Cit. hlm. 66.
[13] Subarman, munir, Loc. Cit. hlm. 31
[14] Badri Yatim, Loc. Cit. hlm 20-21.
[15] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam,
(Jakarta:Kencana, 2008), hlm. 34-37
[16]
Ibid
[17] Ibid
[18] Ibid
[19] M. Rusli Amin, Hijrah
Rahasia Sukses Rasulullah SAW, (Jakarta: Al- Mawardi Prima, 2010), hlm. 33-34.
[20] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung:
Pustaka Setia, 2008), hlm. 63-65.
[22] Dedi Supriyadi, Loc. Cit. hlm 65
[24] Nasaruddin, .Jihad Gamal Al banna (Jakarta :
Mata air publishing, 2000), hlm.
120.
[25] Syaikh Dr.Abdurrozzaq bin Abdul
Muhsin Al-Abbad, Al-Quthuuful Jiyaad min
Hikami wal Ahkaamil Jihaada,
(Jakarta : Media Pustaka, 2001), hal. 23-35
[26] Amman, .Mujmal Masa`il Al-Îman Al-‘Ilmiyah fii Ushul Al-‘Aqîdah As-Salafiyah,
(Bandung : CV. Pustaka, 2002), hlm. 31.
[27] Marzuki, Sejarah Peradaban
Islam, (Jakarta : Gramedia Pustaka). hal 138
Tidak ada komentar:
Posting Komentar